
Sukses Jadi Petani Milenial, Pemuda Ini Wakili Gunungkidul Ikut Lomba Nasional
Wonosari,(gunungkidul.sorot.co)--Fahid Nurarrosyid, warga Padukuhan Besari, Kalurahan Siraman, Kapanewon Wonosari patut diapresiasi. Berkat kegigihannya berkecimpung di dunia pertanian, pemuda ini didapuk untuk mewakili Gunungkidul dan DIY di ajang lomba inovasi pertanian tingkat nasional.
Ia satu-satunya petani milenial asal Gunungkidul yang berhak mengikuti kegiatan lomba nasional tersebut. Sejak 3 tahun belakangan, Fahid banyak menghabiskan waktunya untuk belajar tentang ilmu pertanian, dari cara tradisional hingga modern.
Sentuhan tangan dinginnya kerap berbuah manis. Selama menjadi petani muda, jarang sekali ia mengalami gagal panen meskipun saat cuaca buruk sekalipun.
Fahid menceritakan, dirinya terpilih mewakili Gunungkidul dan DIY di ajang lomba ini berawal dari keikutsertaannya pada ajang lomba petani milenial tingkat DIY. Kala itu ia bersaing dengan puluhan petani muda dari berbagai daerah kabupaten di DIY.
Sekitar tahun 2021 saya ditunjuk oleh Dinas Peternakan dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, (kini Dinas Pertanian) untuk mewakili Gunungkidul di ajang lomba petani milenial tingkat provinsi, ujar Wahid, Sabtu (18/06/2022).
Hasilnya, ia terpilih sebagai salah satu peserta terbaik sehingga berhak menjadi wakil DIY untuk mengikuti lomba di tingkat yang lebih tinggi. Ia akan kembali bersaing dengan petani muda dari 34 provinsi di Indonesia. 
Bukan tanpa alasan, selama bergelut di bidang pertanian, Fahid berhasil menerapkan teknologi modern untuk memaksimalkan hasil panen. Salah satu teknologi modern yang ia terapkan adalah penggunaan sistem rorak dengan membuat bak tampung terintegrasi untuk mengantisipasi lahan banjir dikala musim penghujan.
Selain itu, ia juga sudah menerapkan manajemen pertanian sehingga selama proses produksi biaya-biaya yang dikeluarkan dapat tercatat dengan baik. Menurut Fahid data keuangan sangat membantu petani dalam mengkalkulasi laba dan rugi.
Banyak keuntungan yang bisa didapatkan kalau petani mencatatkan semua transaksi atau biaya yang dikeluarkan selama proses tanam hingga panen. Salah satunya agar kita tahu berapa biaya yang dikeluarkan dan juga untuk menekan modal,” katanya.
Karena kepintarannya itu pula, ia sering dimintai bantuan oleh kelompok tani lainnya untuk memberikan pelatihan lewat seminar-seminar. Saat ini ia tengah fokus memberikan pelatihan menanam buah melon dengan teknologi Internet Of Things (IOT) kepada para santri di pondok pesantren Darul Qur'an Wal Irsyad di Padukuhan Ledoksari, Kalurahan Kepek, Kapanewon Wonosari.
Rencananya Fahid akan berangkat ke Jakarta untuk lomba bersama puluhan petani muda lainnya pada bulan September 2022 mendatang. Meski begitu, ia tidak ingin menjadikan lomba tersebut sebagai fokus. Ia lebih senang jika bisa berbagi ilmu untuk petani-petani lainnya.
Ya cukup berjalan saja, tidak ada persiapan yang cukup serius. Sekarang saya lebih sibuk mengurus lahan sama memberikan pelatihan,” tutupnya.